Seni Lukis Fantastik Aziz Ahmad
Seekor kuda kurus mendongak dan menghadap ke arah kanan dalam posisi berdiri diam, di punggung seekor burung berdiri tegak, sementara di bidang tafril bagian kanan dua ekor burung memandang ke arah kuda tersebut, yang memiliki postur tubuh lebih besar mengepakkan sayapnya, sedangkan burung yang lebih kerdil merunduk sambil membelalakkan matanya tegak di pinggir benda anyaman yang diberi ornamen, dua ekor burung lain berada di belakang kuda, yang lebih besar terdiam dalam kegelapan, sedangkan yang lainnya berdiri tenang sejajar dengan kaki belakang kuda pada sebuah benda melingkar. Dari sini ada bidang meliuk bersilangan, di atasnya dua ekor burung kecil berhadapan, bidang-bidang ini terpiuh ke latar belakang dan bertemu dengan bidang melingkar lain, di sebelah atasnya terangkai aksara Arab yang ditata dalam konstruksi garis lengkung dan tajam mengarah ke atas. Rangkaian ayat itu tampak dari arah kiri bagian belakang mengambil ruang berjajar ke arah depan bidang kanan lukisan.
Abdul Aziz Ahmad, membuat lukisan hitam putih ini dengan terampil, langsung di atas kertas dengan medium tinta. Kombinasi garis-garis arsir yang dibuatnya menciptakan efek gelap terang dramatis, menghadirkan suatu suasana asing dan ruang yang metaforis. Fugur-figur hewan dalam keragaman aksinya dipadukan dengan rangkaian aksara Arab dalam kesatuan yang kompak. Suatu ekspresi keliaran fantasi dan kecekatan teknik artistik yang cemerlang.
Berhadapan dengan karya seni lukis demikian, pemirsa diberi peluang menafsirkan makna lukisan itu secara bebas, meskipun kaidah estetik naturalistik tidak relevan lagi dipakai sebagai kriteria penilaian. Hukum-hukum optik, seperti perspektif, anatomi, proporsi, kaidah baku penulisan aksara, kesesuaian obyek dengan realitas alami dengan sengaja diingkari oleh pelukis, karena pada dasarnya Aziz Ahmad lebih bergairah mengungkapkan penghayatan pengalaman kehidupan spiritualnya dari pada mengimitasi fenomena alam. Dengan demikian seorang pemirsa akan menyadari bahwa lukisan-lukisan yang digelar dalam ruang pameran ini, tampil sebagai ungkapan simbolik, di sana tersirat harapan-harapan psikologis, ada yang bernama kegelisahan, ketenteraman, kepasrahan, kecintaan terhadap tradisi, agama, kecemasan, semangat, ketegangan, ketegaran, dan apa saja yang dapat divisualkan dengan signifikan. Jadi kehadiran figur-figur satwa seperti kuda, burung, ular, cecak, buaya, elang dan lain-lain itu tidak dimaksudkan untuk meniru rupanya semata, teapi lebih mementingkan kualitas simbolik atau signifikansi alegorisnya dalam bahasa rupa.
Lukisan-lukisan Aziz Ahmad sesungguhnya sangat kuat kecendrungan fantastiknya, secara teoritik jenis seni lukis seperti ini dikategorikan sebagai aliran surealis. Ketika seorang pelukis dengan mengekspresikan kehidupan dunia bawah sadarnya, ketika lukisan dibuat secara otomatis dan improvisatif, ketika seniman sudah jenuh dengan segala macam konvensi yang mengekang kebebasan kreatif. Namun, tampaknya visualisasi bentuk dan keliaran fantasi Aziz, akan lebih bermakna bila ia lebih selektif memilih dan memperkaya perbendaharaan subject matter gagasannya yang liar, terasing, dan misterius. Dengan begitu niscaya estetika dan nilai ekspresi karya-karyanya akan lebih terjaga dan mengundang simpati.
Sem C.Bangun
Pengamat Seni Rupa tinggal di Jakarta