Keja Cerdas

Kerja Cerdas

Makassar

Kerja Cerdas karya Abd. Aziz Ahmad, 2014

Kaligrafi aksara Lontara di atas terbaca: Resofa natemmangingi malomo naletei pammase dewata. Diterjemahkan sebagai: Hanya dengan dengan kerja keras disertai dengan keuletan akan membawa rahmat dari Allah swt. Lebih penting dari itu dalam bekerja seharusnya disertai dengan keikhlasan.

Data karya:

Dibuat di Surabaya Jawa Tengah, 25 September 2014/ 30 Zulqaidah 1435 H. Ukuran: 21 x 29,5 cm. Media: Tinta Cina di atas kertas. Koleksi: Dra. Hj. Mas’ati Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai.

Budaya Nusantara (2)

Mari Melestarikan Budaya Nusantara

(Sambungan dari Artikel sebelumnya)

Ide yang lain adalah dengan mengadakan lomba menulis aksara Lontara yang diliput oleh kalangan media. Di tahun 70-an di Sulawesi Selatan pernah diadakan lomba menulis aksara Lontara tingkat kabupaten dan bahkan tingakat provinsi dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional. Waktu itu di samping lomba menulis aksara Lontara dilombakan pula menulis aksara Latin. Sangat disayangkan kegiatan lomba tersebut tidak kedengaran lagi kabar beritanya. Untuk lebih memperkenalkan aksara ini ke masyarakat sebaiknya kegiatan lomba seperti itu diaktifkan kembali terutama dalam memperingati hari-hari besar nasional misalnya hari pendidikan nasional atau Hardiknas seperti yang pernah dilakukan dan bila perlu ditambah lagi kegiatan lomba pada hari-hari besar lainnya misalnya hari Ulang Tahun Kemerdekaan R.I., hari Sumpah Pemuda dan sebagainya. Di samping itu perlu juga menggiatkan penulisan artikel tentang aksara daerah termasuk aksara Lontara yang dapat dipublikasikan melalui media cetak.

  1. Menyajikan dalam bentuk karya seni

Aksara daerah merupakan salah satu sumber inspirasi yang dapat dijadikan sebuah karya seni rupa, teristimewa lukisan kaligrafi. Dengan bentuknya yang elastis, aksara Lontara dapat dibentuk dan dimodifikasi sesuai kehendak pelukisnya misalnya bentuk tulisan dapat dipanjang pendekkan, diperlebar sehingga terlihat gemuk atau dibuat langsing sehingga kelihatan kurus. Dengan aksara Lontara si pelukis dapat bereksplorasi dan berimprovisasi menciptakan karya-karya seni rupa. Untaian pribahasa dan kata-kata mutiara dalam aksara Lontara dapat dijadikan sebagai materi dalam tulisan yang menyertai lukisan (kaligrafi). Nasihat dalam bahasa Bugis disebut “Pappaseng” terdiri dari pesan-pesan orang tua kita dahulu dan sudah menjadi kearifan lokal yang telah menjadi warisan kepada generasi mendatang, penerus bangsa. Dalam membuat lukisan kaligrafi seorang pelukis perlu pula mengangkat aksara Lontara ini sebagai materi (subject matter) dalam lukisannya. Sebagaimana diketahui bahwa kaligrafi diartikan sebagai tulisan indah. Di sini tidak melihat apakah aksara Arab, Latin, Cina, Jepang, Korea atau aksara Lontara. Kuncinya adalah aksara yang diperindah atau ditulis dengan penuh penjiwaan, hal itu dapat dikategorikan sebagai kaligrafi. Muncullah istilah kaligrafi Arab (Islam), kaligrafi Jepang (shoodoo), kaligrafi Cina (kanji) dan lain sebagainya. Khusus untuk peristilahan kaligrafi, ada beberapa pendapat dari para ahli antara lain dari Folsom mendefinisikan kaligrafi sebagai berikut:

Calligraphy from the Greek Calli (beautiful) and graphein (to write). It is thought the word first into use in the early 17th c., and usually refers to beautifully formed letters written directly with a pen or brush. However, the word is often used more generally to include not only WRITING, but also LETTERING and ILLUMINATION.

Oleh Sirojuddin AR., menyebutkan istilah kaligrafi berasal dari bahasa Inggris Calligraphy yang mereka adopsi dari bahasa Latin kalios yang berarti indah, dan graph berarti tulisan, atau aksara. Secara singkat kaligrafi didefinisikan oleh Martin sebagai “The term calligraphy simply means beautiful writing”. Jadi kaligrafi berarti tulisan indah atau aksara indah. Sehubungan dengan ini penulis mengusulkan istilah kaligrafi kita sebut saja “aksarindah” yaitu bentuk akronim atau gabungan kata dari aksara dan indah, yang disingkat menjadi aksarindah. Kalau orang Jepang menyebut tulisan indah sebagai “Shoodoo”, sedangkan orang Arab sendiri menamakannya “Khat”. Orang Bugis sendiri menyebutnya: Ukii gello. Berikut adalah contoh beberapa penerapan aksara Lontara dalam karya seni lukis (kaligrafi) oleh penulis. Materi aksara Lontara yang ditampilkan berupa kata mutiara atau pappaseng (nasihat) yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup, pada umumnya dikutip dari nasihat nenek moyang orang Bugis-Makassar yang menjadi warisan berharga dan sekaligus sebagai kearifan lokal.

Mks. 7 Nov 2014

Pikir Dulu karya Abd. Aziz Ahmad, 2014

Data karya: Dibuat di Makassar Sulawesi Selatan pada tanggal, 7 November 2014. Ukuran: 21 x 29,5 cm.Media: Tinta Cina di atas kertas. Koleksi: Pribadi.

Penutup

Dalam rangka mengembangkan aksara nusantara yang merupakan warisan yang sangat berharga, sepatutnya kita menginstrospeksi diri melihat sejauh mana peranan kita dalam melestarikan aksara daerah tersebut. Dan sebagai orangtua, apakah kita sudah mengambil peran serta dan memiliki kepedulian terhadap pelajaran aksara Lontara khususnya dalam mengajarkan kepada anak-anak kita untuk menulis dan membacanya. Sebagaimana kita ketahui bahwa di negara kita terdapat ratusan gugusan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Papua, kita memiliki berbagai bahasa dan tulisan daerah, di antranya adalah; aksara Rencong di Sumatera Selatan, aksara Batak, aksara Sunda di Jawa Barat, aksara Jawa (hanacaraka) dan aksara Bali yang berpangkal dari huruf Pallawa, termasuk di antaranya aksara Lontara dari Sulawesi Selatan, yang diuraikan dalam tulisan ini. Dari sejumlah aksara nusantara yang kita miliki perlu mendapat perhatian serius dalam mengembangkan serta melestarikan berbagai jenis aksara daerah. Pembahasan dalam tulisan ini terfokus pada aksara Lontara di Sulawesi Selatan, namun penulis yakin kalau permasalahan aksara daerah ini kemungkinan besar terjadi pula di belahan nusantara lainnya. Dengan demikian marilah kita berusaha mencarikan solusi yang tepat dalam rangka mengembangkan dan melestarikan salah satu warisan kita, budaya nusantara. Semoga.***

Daftar Pustaka

Ahmad, Abd. Aziz. 2006. Ragam Karakter Kaligrafi Islam: Mengupas Tuntas Kaligrafi Ekspresi. Edisi Kedua. Jakarta: Amzah.

Folsom, Rose. 1990. The Calligraphers’ Dictionary. London: Thames and Hudson Ltd.

Hasanuddin. Nasehat Seputar Agama (Berbahasa Bugis-Indonesia). Jakarta: Aksara Press, 2007

http//www. Azakaligrafi.wordpress.com

Martin, Yudi. 1996. The Complete Guide to Calligraphy and Materials. Lodon: Grange Books

Sirojuddin, AR. 2000. Seni Kaligrafi Islam. Bandung: Rosdakarya, Edisi Kedua

Keseimbangan

Perlu ada Keseimbangan

Mks. 14 Nov 2014

Keseimbngan karya Abd. Aziz Ahmad, 2014

Kaligrafi Islam di atas dikutip dari Al-quranul Karim Surah Al Qashash: 77. Maksudnya adalah perlu adanya keseimbangan dalam mengejar urusan duniawi dan ukhrawi. Sebagai umat Islam kita meyakini adanya kehidupan sesudah kehidupan dunia ini yaitu kehidupan yang kekal abadi untuk selamanya. Dari itu kehidupan akhirat juga memerlukan persiapan dan bekal.

Data karya:

Dibuat di Makassar tanggal, 14 November 2014/ 21 Muharram 1436 H. Ukuran: 21 x 29,5 cm. Media: Tinta Cina di atas kertas. Koleksi: Pribadi.

Pikir Dulu

Pikirkan Terlebih Dahulu

Mks. 7 Nov 2014

Pikir Dulu karya Abd. Aziz Ahmad, 2014

Ada pribahasa lama mengatakan pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Artinya apapun yang ingin dikerjakan sebaiknya dipikirkan masak-masak akibatnya, oleh karena kalau sudah terlanjurdikerjakan dan ternyata keliru, akibatnya akan menguras waktu dan tenaga bagi kita untuk memperbaikinya. Kaligrafi dalam aksara Lontara di atas terbaca: Lettumemeppi inappaki joppa. Kira-kira dalam bahasa Inggris senada dengan: Don’t cross the bridge before you reach it.

Data karya:

Dibuat di Makassar Sulsel pada Jumat  tanggal, 07 November 2014/ 14 Muharram 1436 H. Ukuran: 21 x 29,5 cm. Media: Tinta Cina di atas kertas. Koleksi: Pribadi.

Manusia Sejati

Manusia Sejati

Mks. 17 Oktober 2014

Manusia Sejati  karya Abd. Aziz Ahmad, 2014

Kaligrafi aksara Lontara di atas terbaca: Tau tongengtongengnge siturui adanna napangkaukenna. Yang dinamakan manusia  paripurna adalah manusia yang sesuai perkataan dengan perbutannya dalam arti kata dia konsisten dalam tindak tanduk dan laku perbuatannya.

Data karya:

Dibuat di Makassar pada Jumat tanggal, 17 Oktober 2014/ 22 Zulhijjah 1436 H. Ukuran: 21 x 29,5 cm. Media: Tinta Cina di atas kertas. Koleksi: Pribadi.

Senjata Ampuh

Pendidikan adalah Senjata Ampuh

Sby, 15 Oktober 2014

Senjata Ampuh karya Abd. Aziz Ahmad, 2014

Kaligrafi di atas tertulis dalam bahasa Inggris: Education powerful weapon wich you can change the world. Artinya pendidikan merupakan senjata ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia. Kata mutiara ini berasal dari seorang pemimpin kharismatik Nelson Mandela. Dengan demikian untuk mendapatkan kemajuan di berbagai bidang seharusnya kita membekali diri dengan pendidikan atau dengan arti kata harus belajar dan belajar untuk mendapatkan ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu secara umum.

Data karya:

Karya ini dibuat di Surabaya Jawa Timur pada tanggal 15 Oktober 2014 bertepatan dengan 20 Zulhijjah 1435 H. Ukuran: 21 x 29,5 cm. Media: Tinta Cina di atas kertas. Koleksi: Pribadi.

Bersyukur

Mari Mensyukuri Nikmat Tuhan

Makassar, 28 Oktober 2014

Bersyukur karya Abd. Aziz Ahmad, 2014

Mutiara kata dalam kaligrafi di atas terbaca: “Bila tidak dapat memperoleh apa yang kita sukai, barangkali dapat menyukai apa yang kita peroleh“. Namun kenyataannya dalam kehidupan ini terkadang kita memakai prinsip sehijau-hijau pekarangan kita menganggap lebih hijau pekarangan orang lain. Itu tandanya kita tidak pandai-pandai mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Maka sebagai nasihat kalau dalam urusan ibadah dan pengabdian kepada Allah kita seharusnya melihat ke atas kepada orang-orang yang banyak amal kebajikannya, tetapi kalau masalah keduniaan sebaiknya kita melihat ke bawah, kepada orang-orang yang mempunyai status sosial di bawah kita, agar kita cepat-cepat bersyukur atas nikmat yang kita miliki. Wallahua’lam.

Data karya:

Karya in dibuat di Makassar Sulsel, 28 Oktober 2014 bertepatan dengan 4 Muharram 1436 H. Ukuran: 21 x 29,5 cm. Media: Tinta Cina di atas kertas. Koleksi: Pribadi.